RSS

Arsip Bulanan: September 2012

Penyerbukan Tanaman

Penyerbukan, atau polinasi adalah jatuhnya serbuk sari pada permukaan putik. Pada sebagian besar bunga, peristiwa ini berarti jatuhnya butir serbuk sari pada bagian kepala putik. Penyerbukan merupakan bagian penting dalam keberhasilan dari proses reproduksi buah dan biji. Penyerbukan yang sukses akan diikuti segera dengan tumbuhnya buluh serbuk yang memasuki saluran putik menuju bakal biji. Di bakal biji terjadi peristiwa penting berikutnya, yaitu proses pembuahan.

Proses penyerbukan ada dua macam yaitu, menyerbuk sendiri(selfing) dan menyerbuk silang(crossing). Selfing pollination atau menyerbuk sendiri adalah proses penyerbukan dimana pollen berasal dari bunga yang sama atau bunga yang beda pada tanaman yang sama, biasanya terjadi ketika bunga belum mekar. Sedangkan penyerbukan silang atau crossing pollination adalah penyerbukan dimana pollen berasal dari bunga yang berbeda tanaman yang berbeda, biasanya terjadi pada bunga yang mekar.(Idjah,1982). Pada umunya penyerbukan silang terjadi akibat adanya bantuan dari angin dan serangga yang dengan tidak sengaja membantu proses penyerbukan pada bunga. Hal ini, disebut dengan penyerbukan alami, akan tetapi untuk meningkatkan keragaman genetik pemuliaan tanaman dilakukan hibridisasi atau penyerbukan buatan antar genotip yaitu proses menyilangkan secara langsung dua tetua yang memiliki sifat unggul tertentu guna memperbaiki potensi hasil dan kualitas tanaman.

Sistem penyerbukan tanaman dapat ditentukan dengan mempelajari struktur bunga, waktu masak putik atau benang sari, ada tidaknya sterilitas dan kompatibilitas antara putik dan benang sari. Berdasarkan strukturnya bunga dapat dikelompokkan menjadi:
• Bunga Lengkap : bunga yang memiliki 2 organ seks(benang sari & putik) dan 2 perhiasan bunga(klopak dan mahkota).
• Bunga Tidak Lengkap: bunga yang tidak memiliki 1 dari bagian keempat bagian bunga lengkap.
Sedangkan berdasarkan kelengkapan organ seksualnya, bunga dapat dikelompokkan menjadi:
• Bunga Sempurna: bunga yang memiliki organ seksual lengkap(benang sari dan putik), disebut juga bunga hermaprodit.
• Bunga Tidak Sempurna: bunga yang tidak memiliki salah satu dari organ seksual.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap struktur bunga, diperoleh beberapa tipe bunga, antara lain sebagai berikut:

Tanaman yang memiliki bunga lengkap:

  •  Ubi jalar
  •   Kacang tanah
  •   Singkong karet
  •   Cabai
  •   Kembang sepatu
  •   Mangga
  •   Jambu biji
  •   Kakao
  •   Kapas

Tanaman yang memiliki bungan tidak lengkap:

  •   Padi
  •   Sorgum
  •   Pepaya betina

Tanaman yang memiliki bunga sempurna:

  •  Padi
  •   Ubi jalar
  •   Kacang tanah
  •   Singkong karet
  •   Cabai
  •   Kembang sepatu
  •   Mangga
  •   Jambu biji
  •   Kakao
  •   Kapas

Tanaman yang memiliki bunga tidak sempurna:

  •   Papaya betina

Tanaman yang secara alami menyerbuk sendiri:

  •  Padi
  •   Kacang tanah
  •   Sorgum
  •   Jambu biji
  •   Kapas
  •   Cabai

Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 28, 2012 inci Pemuliaan Tanaman

 

Daya Berkecambah Sengon

Tabel 1. Pengamatan Daya Berkecambah Benih Sengon
Ulangan Perlakuan
Kontrol Skarifikasi KNO3 0,2 %
1 4% 64% 0
2 4% 72% 0
3 4% 56% 8%
4 0 68% 12%
Rata-Rata 3% 65% 0,05

Tabel 2. Pengamatan Potensi Tumbuh Maksimum Benih Sengon
Ulangan Perlakuan
Kontrol Skarifikasi KNO3 0,2 %
1 8% 80% 4%
2 8% 84% 0
3 8% 76% 8%
4 0 80% 12%
Rata-Rata 6% 80% 6%

Dormansi benih adalah istilah yang digunakan untuk keadaan dimana benih yang baik tidak bisa berkecambah meskipun berada pada kondisi/lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan. Dormansi benih adalah suatu keadaan dimana benih tidak mampu berkecambah walaupun kondisi untuk perkecambahan ( air, suhu, komposisi gas, dan cahaya) dalam keadaan optimum. Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen),embrio yang belum tumbuh secara sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio (Saleh, 2004). Untuk itu diperlukan perlakuanperlakuan khusus yang dapat mematahkan masa dormansi biji agar dapat berkecambah. Upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam disebut sebagai skarifikasi (Ratnasari, 2006).
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk famili Leguminoceae yang banyak dibutuhkan dalam dunia kehutanan. Pohon Sengon dapat tumbuh mulai dari pantai sampai daerah dengan ketinggian 1600 m di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian optimum 0-800 m di atas permukaan laut(DWIYANTI,2009). Kelebihan sengon antara lain sebagai spesies cepat tumbuh ( Fast Growing Species / FGS), sehingga tanaman ini menjadi salah satu pilihan tanaman yang digunakan untuk penghijauan. Tajuknya yang ringan memungkinkan tanaman lain untuk tetap tumbuh dibawah tegakannya. Sengon juga memiliki bintil akar yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara sehingga membantu mengembalikan kesuburan tanah. Selain itu kayunya memiliki potensi yang cukup baik sebagai kayu komersil. Pemanfaatan kayu sengon sebagai bahan baku industri mebel atau perkakas rumah tangga saat ini terlihat mulai banyak dilakukan.

Pembahasan
Cara skarifikasi yang paling efektif untuk memacu perkecambahan biji. Hampir semua biji yang dilukai dapat menyerap air dengan baik. Karena keefektifan perlakuan perlukaan kulit biji dalam mematahkan dormansi biji, maka perlakuan ini tampaknya dapat digunakan sebagai metode standar untuk pengukuran kapasitas (potensi) kecambah biji. Biji yang pada umumya memiliki kulit biji yang tebal sehingga perbanyakan melalui biji dapat dilakukan dengan perlakuan benih melalui skarifikasi dan penggunaan larutan kimia. Tanaman leguminosae adalah salah satu jenis tanaman yang mempunyai dormansi benih yang disebabkan oleh faktor fisik benih karena memiliki kulit biji yang keras. Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak. Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan kulit biji, tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi perkecambahan. Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah. Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Karena dormansi dengan perlakuan kimia dapat menghambat perkecambahan.

DWIYANTI, Fifi. 2009. KERAGAMAN SENGON SOLOMON PADA UJI KETURUNAN DI HUTAN PERCOBAAN CIRANGSAD [Skrip]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Ratnasari, Jayanti. 2006. CARA MUDAH MENGECAMBAHKAN BIJI SENGON dengan air panas [Skrip]. Fakultas Kehutanan.Universitas Gadjah Mada.
Saleh, MS. 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. Agrosains. 6(2): 79-83.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 27, 2012 inci Dasar Teknologi Benih

 

Penyimpanan Benih

Strubsgaard (1992) dalam Siregar (2000) mengemukakan bahwa periode penyimpanan terdiri dari penyimpanan jangka panjang, penyimpanan jangka menengah dan penyimpanan jangka pendek. Penyimpanan jangka panjang memiliki kisaran waktu puluhan tahun, sedangkan penyimpanan jangka menengah memilki kisaran waktu beberapa tahun, dan penyimpanan jangka pendek memiliki kisaran waktu kurang dari setahun. Tidak ada kisaran pasti dalam periode penyimpanan, hal ini disebabkan karena periode penyimpanan sangat tergantung dari jenis tanaman dan tipe benih itu sendiri.
Tinggi rendahnya viabilitas dan vigor benih sebagai pembawaan dari baik atau tidaknya kondisi sewaktu pematangan fisik benih, akan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor pada penyimpanan. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari tingginya faktor kelembaban relatif udara dan suhu. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian yang selanjutnya memiliki patokan sebagai berikut :
a.Bagi tiap terjadinya penurunan 1% pada kadar air benih, umur benih akan bertahan sampai 2 kali.
b.Bagi tiap terjadinya penurunan 50C suhu dalam penyimpanannya, maka umur benih akan bertahan sampai 2 kali.
(Kartasapoetra, 2003)
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan (Purwanti, 2004).

Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 27, 2012 inci Dasar Teknologi Benih

 

Kemunduran benih

Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan vigor tertinggi yang dimaksud tidak harus 100%. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga benih tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses menua. Proses penurunan kondisi benih tidak dapat dihentikan tetapi dapat dihambat. Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya mutu benih yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi benih itu sendiri antara lain adalah faktor internal benih mencakup kondisi fisik dan keadaan fisiologinya, kelembaban nisbi dan temperatur, kadar air benih, suhu, genetik, kerusakan mekanik (akibat panen dan pengolahan), dan tingkat kemasakan benih. Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor danviabilitas benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas tanaman. Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapatditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum.

I.PEMBAHASANA.

Pengertian Kemunduran Benih (Deteriorasi)
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (
irreversible
) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih beragam, baik antarjenis, antarvarietas, antarlot, bahkan antarindividu dalamsuatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secaramenyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih(kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau penurunan daya kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secarafisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlahkecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan ( field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnyadapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985).Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yangdapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik,fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih(Sadjad, 1994).Kemunduran benih dapat diterangkan sebagai berikut:1.Yang dimaksud laju deteriorasi adalah berapa besarnya penyimpanagna terhadap keadaan optimum untuk mencapaimaksimum. Hal ini dipengaruhi oleh dua peristiwa, yaitu:a.Merupakan sifat genetis benihKemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut prosesdeteriorasi yang kronologis artinya, meskipun benih ditanganidengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung. b.Karena deraan lingkunganProses in biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses initerjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuaidengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi penyimpangan selama proses pembentukan dan prosesing benih.

Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 26, 2012 inci Dasar Teknologi Benih

 

Bobot Kering Kecambah Normal

Bobot kering kecambah normal rnerupakan tolok ukur viabilitas potensial yang menggambarkan banyaknya cadangan makanan yang tersedia sehingga hila dikondisikan pada lingkungan yang sesuai mampu tumbuh dan berkembang dengan baik (Sadjad, 1989). Bobot kering kecambah yang tinggi dapat menggambarkan pemanfaatan cadangan makanan dalam benih yang efisien. Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum). Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benihakan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yangberproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.
Kecambah normal:
1.Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yangbaik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normalmenghasilkan akar seminal, maka akar ini tidak boleh kurang daridua. Dengan kata lain kecambah normal dapat didefinisikanapabila memiliki radiks 2 kali panjang benih.
2.Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa adakerusakan pada jaringan-jaringannya.
3.Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dantumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil ataupertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yangnormal.
4.Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan duabagi dikotil.

Kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagaikecambah normal adalah :
1. Untuk kecambah tanpa akar primer atau dengan akar primer yangpendek ditambah dua akar seminal yang kaut.

2. Hipokotil boleh memperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukanyang terbatas asalkan jaringan-jaringan penting tidak terganggufungsinya.

Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 26, 2012 inci Dasar Teknologi Benih